Kamis, 03 Februari 2011

MSG Bahaya

Makanan serba instan memang tengah merajalela. Hati-hati, kalau tak pintar memilih bisa-bisa Anda terkena dampak bahaya dari Monosodium Glutamate (MSG), lho.
Zaman sekarang, sepertinya kata “praktis” mendominasi nyaris seluruh aspek kehidupan Anda. Semuanya berpangkal dari waktu yang makin lama makin berharga saja. Misalkan target Anda hari ini mengerjakan sepuluh hal di kantor. Dengan adanya layanan email dan Mobile internet, Anda bisa langsung memberikan laporan perkembangan kepada bos yang kala itu tengah berlibur di Hawaii. Dan seakan turut mengerti betapa berharganya waktu yang Anda punya, berbagai produsen makanan pun berlomba-lomba menyajikan makanan instan yang begitu praktis karena bisa langsung dimasak. Tak hanya itu, rasanya juga lezat! Ya, Anda tak perlu jadi koki profesional untuk bisa menghidangkan makanan nan lezat itu. Cukup campurkan ke semua bumbu dan dimasak dengan air panas, lalu voila! Langsung siap disantap.
Atau Anda termasuk orang yang malas memasak? Tak usah pusing-pusing, tinggal beli jadi saja di restoran atau tukang nasi goreng langganan. Gampang, kan? Memang benar, tapi kalau kebiasaan ini diteruskan Anda harus hati-hati. Karena tak sedikit dari makanan instan atau yang Anda beli jadi itu memiliki kandungan MSG yang tinggi.
Anda tentunya sudah sering mendengar tentang Monosodium Glutamate ini. Dan Cosmo juga yakin kalau Anda tahu MSG tidak bagus untuk tubuh. Nah sekarang, tahukah Anda kalau terlalu sering mengonsumsi makanan dengan MSG akan membuat indra perasa jadi “kebal”? Tak heran kenapa ketika Cosmo bertanya pada sepuluh orang tentang pendapat mereka soal makanan sehat, kalimat pertama yang diucapkan selalu, “Kalau makanan sehat itu rasanya selalu tidak enak, ya!” Yup, itu karena indra perasa Anda sudah terbiasa dikasih bumbu “palsu” yang memberikan sensasi rasa lezat. Jadi begitu diberikan bumbu alami tanpa MSG dan penyedap rasa tambahan akan terasa tak sedap di lidah.
Awal Mula
Monosodium glutamate ini pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1908. Sang ilmuwan penemu, Dr. Kikune Ikeda, berhasil menemukan sebuah substansi yang bisa menyedapkan rasa makanan yang didapat dari rumput laut. Pada masa itu, rumput laut merupakan bumbu yang kerap digunakan masyarakat Jepang untuk memasak. Namun jauh sebelum itu, bumbu masak yang kaya akan glutamat ini ternyata sudah digunakan untuk memasak. Misalnya saja kecap ikan yang menjadi bumbu wajib di daerah Asia Tenggara, ternyata sudah dipakai untuk melezatkan makanan oleh orang-orang Yunani dan Romawi sejak 2500 tahun yang lalu.
Lalu pada bulan April 1968, seorang pria bernama Robert Ho Man Kwok, menulis surat kepada New England Journal of Medicine, yang akhirnya memulai istilah Chinese Restaurant Syndrome (istilah yang digunakan untuk menyebut gejala yang sering ditemui kalau kebanyakan mengonsumsi makanan yang mengandung MSG). Di suratnya itu ia menulis kalau setiap ia menyantap chinese food, sekitar 15 hingga 20 menit setelahnya ia selalu saja mengalami gangguan berupa rasa kebas di bagian belakang leher, yang secara perlahan-lahan menjalar ke punggung dan kedua tangannya. Ia juga merasa lemas dan jantung berdebar kencang.
Dampak Buat Tubuh
Anda perlu tahu kalau efek yang diakibatkan oleh MSG bisa berbeda-beda untuk setiap orang. Beberapa ada yang kerap mengalami pembengkakan di beberapa bagian tubuhnya (biasanya bibir dan lidah), hingga jantung berdebar tadi. Tapi ternyata ini baru sebagian kecil dari efek yang ditimbulkan kalau Anda mengonsumsi MSG.
1. Alzheimer
Hai-hati kalau Anda adalah penggemar makanan cepat saji yang banyak mengandung MSG, karena ternyata bisa menyebabkan alzheimer. “Ketika memeriksa otak orang yang gemar mengonsumsi makanan cepat saji, kami menemukan adanya kemunduran fungsi syaraf otak yang sama dengan yang ditemukan pada otak para penderita alzheimer,” kata Ralph Roachman, Kepala The U.S. Food and Drug Administration (FDA).
2. Migren
Dr. James Braly, seorang ahli alergi di Hollywood, Florida, mengatakan kalau 90% dari kasus migren disebabkan oleh alergi makanan atau merupakan reaksi yang timbul dari ketergantungan. Nah, meskipun migren bukanlah penyakit fatal, namun kalau disertai dengan gejala lain yang tak biasa dapat mengakibatkan kejang-kejang.
3. Gangguan tidur
Kalau kerja syaraf sudah terganggu, jangan heran jika kerja hormon pun akan terusik. Akibatnya, pola tidur Anda bisa jadi tak karuan.
4. Kanker
Ah ya, kalau yang satu ini Cosmo yakin Anda pasti sudah bisa menduga. Jadi begini, DNA yang secara konstan dibombardir dengan radikal bebas, lama-kelamaan bisa memicu aktifnya sel kanker, terutama kalau Anda punya riwayat kanker. Nah, begitu sel-sel ini sudah teraktivasi, maka penyakit kanker tak bisa lagi dihindari.
5. Kebutaan
Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Hiroaki University, Jepang, menemukan bahwa tikus-tikus percobaan yang kerap diberi makanan dengan kandungan MSG yang tinggi cenderung memiliki retina yang lebih tipis dan penglihatan yang tidak sempurna. Menurut para peneliti di universitas itu, MSG dapat menghancurkan reseptor pada sel-sel di retina dan menurunkan kemampuan syaraf untuk menerjemahkan sinyal yang diberikan.
Yang Bisa Membantu
Fungsinya saja untuk menyedapkan rasa, maka sudah pasti makanan yang diberi MSG rasa sedapnya pun ekstra. Lalu bagaimana sesekali Anda ingin menikmati makanan yang begitu menggoda itu? Well, sebenarnya sudah pasti Anda harus menghindari junk food karena memiliki kandungan MSG yang tinggi. “Tapi kalau sekali-sekali saja, sebelum makan junk food sebaiknya Anda mengonsumsi sayur atau buah terlebih dahulu. Buah beserta kulitnya, ya! Begitu saran Dr. Samuel Oetoro M.S. SpGK dari Semanggi Spesialis Klinik, pada dasarnya serat itu bisa mengganggu proses penyerapan bahan makanan, termasuk MSG.
Jadi kalau Anda sudah makan buah dulu sebelum mengonsumsi hotdog nan lezat itu, maka setidaknya MSG yang terserap oleh tubuh jadi bisa diminimalkan. Namun yang paling sehat memang selalu memasak sendiri. Membutuhkan effort yang sedikit lebih banyak memang, tapi demi kesehatan apa sih yang tak akan Anda lakukan? Atau kalau mau dibikin lebih menyenangkan, ketimbang berkencan di salah satu restoran mahal, lebih baik Anda ajak si dia memasak di rumah dan menikmati hasilnya berdua, lengkap dengan lilin aromaterapi dan lantunan musik dari Strauss.
Sudah sehat, romantis pula! Eit, satu lagi, jangan buru-buru senang melihat label “bebas MSG” yang terdapat pada makanan instan. Lihat dulu kandungan garam yang tercantum di daftar nutrisinya. “Kalau makanan tersebut mengandung sodium (garam) dalam kadar yang tinggi, jadinya sama saja,” kata Dr. Samuel lebih lanjut.
Perhatikan Nutrition Facts
Kalau makanan instan yang Anda beli mengandung zat-zat berikut, maka bisa dipastikan juga mengandung MSG.
* Glutamate (vetsin)
* Glutamic acid (asam glutamat)
* Calcium caseinate
* Sodium caseinate
* Yeast nutrient
* Hydrolyzed protein ( protein apa pun yang dihidrolisis)
* Gelatin
Tahukah Anda?
Yang belum Anda ketahui tentang MSG, hingga sekarang
1. Sekitar 30 hingga 40% dari Anda mengalami efek buruk yang ditimbulkan oleh MSG, namun banyak yang bahkan tidak sadar akan hal itu
2. MSG yang terdapat di dalam makanan jumlahnya dua kali lipat lebih banyak setiap sepuluh tahunnya sejak tahun 1945
3. Aspartame dan L-cysteine adalah dua zat yang juga bisa menyebabkan kerusakan seperti MSG. Namun, aspartame baru akan berbahaya untuk tubuh kalau dicampur dengan air panas yang suhunya di atas 60 derajat Celcius.
4. Glutamat natural juga terdapat di dalam sayur-sayuran dan sebenarnya juga bermanfaat untuk tubuh, tapi hanya dibutuhkan dalam dosis yang sedikit saja. Fungsinya adalah sebagai neurotransmitter, zat kimia yang berfungsi untuk melancarkan “komunikasi” di antara sel-sel otak. Namun MSG buatan manusia memiliki kadar glutamat yang jauh lebih tinggi ketimbang yang terdapat pada sayuran.
5. Selalu percaya dengan apa yang “dikatakan” tubuh Anda. Jadi kalau Anda merasa suatu gejala yang tidak biasa beberapa saat setelah mengonsumsi suatu makanan, artinya ada reaksi alergi dari tubuh Anda terhadap apa pun yang terkandung di dalam makanan itu

Bayam : Sayuran Penuh Khasiat

Sayur kesukaan tokoh kartun pelaut Popeye memang enak jika dijadikan sayur bening. Selain menghilangkan lesu, bayam yang dibuat menjadi jus bermanfaat untuk mengatasi berbagai macam penyakit, mulai dari anemia sampai gangguan pencernaan.
Bayam, tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus spp (dalam bahasa Yunani, amaranth berarti abadi), pada mulanya dikenal sebagai tanaman hias. Namun, setelah diketahui mengandung berbagai macam zat gizi, tanaman ini lalu dipromosikan sebagai sumber pangan juga.
Kandungan gizi bayam demikian banyak. Menurut dr Seno Sastroamidjojo, dalam 100 gram bayam terkandung tenaga sebesar 21,0 kcal, air 92,9 gr, protein 2,1 gr, lemak 0,2 gr, karbohidrat 2,7 gr, serabut 0,7 gr, abu 1,4 gr, kalsium 90,0 mg, fosfor 29,0 mg, besi 3,8 mg, natrium 131,0 mg, kalium 385,0 mg, betakaroten 4080,0 ug, vitamin B1 0,08 mg, vitamin B2 0,15 mg, niacin 0,7 mg, dan vitamin C 76,7 mg. Karena kandungan nutrisinya yang tinggi inilah, bayam sering disebut sebagai “King of Vegetables” atau “Raja Sayuran“.
Kandungan asam folat dan asam oksalat membuat bayam bisa dipakai untuk membantu mengatasi berbagai macam masalah. Misalnya menurunkan kadar kolesterol, mencegah sakit gusi, mengobati eksim, asma, untuk perawatan kulit muka, kulit kepala, dan rambut. Yang paling terkenal adalah mengobati rasa lesu dan kurang bergairah sebagai tanda kurang darah.
Lebih dari itu, serat yang cukup tinggi pada bayam-lah yang membuat sayuran ini bagus untuk pencernaan kita. Dengan demikian, penyakit seperti sembelit, jantung, stroke, dan persoalan mengenai tekanan darah dan pembuluh darah bisa diatasi.
Namun, di samping bermanfaat, bayam tetap memiliki keterbatasan. Kelemahan bayam terletak pada saat proses pengolahannya. Kita tidak boleh memasak sayur bayam dengan panci aluminium. Aluminium ini bisa menyebabkan racun karena bereaksi dengan zat besi yang terkandung di dalam bayam.
Lebih dari itu, kita juga tidak boleh mengonsumsi sayur bayam kalau sayur tersebut sudah lewat dari lima jam sejak dimasak. Seperti sayuran lain, bayam juga tidak baik bila dimasak terlalu lama di atas api karena hal itu menyebabkan gizi pada bayam banyak terbuang.
Yang paling penting dan harus diperhatikan adalah mereka yang menderita asam urat dan rematik. Mereka tidak boleh mengasup sayur jenis ini karena bisa menyebabkan rasa ngilu yang berlebihan dan asam urat kambuh. Ini terjadi karena kandungan zat purin dalam bayam sangat tinggi. Purin inilah yang kemudian diubah menjadi asam urat dalam tubuh.
Berbagai Ramuan Bayam
Selain dibuat sayur bening, kita bisa menggunakan bayam untuk keperluan pengobatan. Berikut ini beberapa ramuan bayam yang diambil dari berbagai sumber, salah satunya dari buku Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Bagian 2.
Sembelit, Sakit Gusi, Tukak Lambung
Bahan :
- seikat bayam
- sesendok madu
Cara Membuat:
Cara I
Bersihkan bayam terlebih dahulu dan potonglah akarnya. Masukkan dalam juicer. Setelah itu, minumlah jus sebanyak setengah liter sehari. Lakukan selama beberapa hari.
Cara II
Setelah dicuci dan dipotong, giling bayam sampai halus. Tambahkan setengah cangkir air matang dan satu sendok makan madu. Setelah itu, peras dan saring. Minum tiga kali sehari, setiap kali setengah cangkir.
Asma, Eksim Kulit
Bahan:
- lima batang bayam duri
- lima gelas air
Cara Membuat:
Potong-potonglah lima batang bayam, termasuk daun dan kembangnya. Rebus potongan itu menggunakan lima gelas air selama 7-10 menit. Air hasil rebusan tadi diminum tiga kali sehari. Untuk anak-anak, cukup diminum setengah gelas, orang dewasa satu gelas, dan bayi dua sendok makan saja.
Eksim
Bahan:
- kain halus selebar kain sapu tangan
- satu ikat bayam
Cara Membuat:
Rebus bayam sekitar seperempat jam. Setelah itu ambil bayam dan tinggalkan air rebusannya. Rendam kain dalam air rebusan bayam. Kompreslah bagian yang sakit eksim selama 20-30 menit. Lakukan sehari sekali.
Badan Lemas, Cepat Ngantuk, dan Kurang Bergairah
Bahan:
- 1 buah tomat
- 1 gelas susu nonfat
- 100 gram daun bayam
- 2 siung bawang putih
Cara Membuat:
Masukkan semua bahan ke blender, tetapi sebelumnya buang biji dan kulit ari tomat. Daun bayam diseduh dengan air panas. Bila terlalu kental, tambahkan air sedikit ke dalamnya. Minum tiga kali seminggu jus campuran itu. Bila kondisi membaik, porsi kurangi sebanyak sekali seminggu.
Perawatan Kulit Muka, Kepala, dan Rambut
Bahan:
- segenggam kunyit
- seikat daun bayam
Cara Membuat:
Cara I
Bayam dibersihkan, baru diblender. Setelah itu peras dan ambil airnya. Ambil kunyit setelah dibersihkan. Potong kecil-kecil dan masukkan ke blender. Tambahkan air secukupnya. Peras kunyit dan tinggalkan air sarinya. Campur air sari kunyit dan bayam. Tambahkan dengan sedikit air hangat. Gunakan untuk mencuci muka atau keramas.
Cara II
Masukkan seikat bayam yang sudah dibersihkan ke dalam juicer. Gunakan jus bayam untuk menggosok seluruh bagian wajah Anda di sekitar sudut mata, dahi, bibir, dan dagu. Lakukan perawatan ini selama lima menit ketika bangun pagi dan malam hari menjelang tidur. Bila perlu, bilaslah dengan air dingin.
Bronkitis, Anemia, Demam, Keputihan, Gangguan Lever
Bahan
- seikat bayam
- sesendok madu
Cara Membuat:
Masukkan bayam dalam blender dengan ditambah sedikit air matang. Peras hasil blenderan bayam dan tambahkan madu ke dalamnya. Minum sehari sekali, satu gelas.
Disengat Lebah, Ulat Bulu, Lipan
Bahan:
- segenggam bayam
Cara Membuat
Memarkan bayam dan tempelkan pada bagian tubuh yang sakit atau gatal. Bisa juga dilengkapi dengan membuat jus bayam dan diminum sehari sekali satu cangkir.

Biar Sehat, Makanlah Ini Tiap Hari

Filed under: Uncategorized — cha3bby @ 5:20 am
Ada berbagai jenis bahan makanan yang terbukti sehat dan menyehatkan. Terkadang kita sulit memilih mana yang harus ada dalam menu harian kita. Berikut adalah beberapa jenis makanan yang disarankan untuk dikonsumsi setiap hari.
1. Bayam
Sayur bayam adalah jenis sayuran yang sudah akrab di lidah orang Indonesia. Selain segar, sayur favorit Popeye ini punya banyak khasiat, antara lain kaya akan omega-3 nabati dan asam folat. Omega-3 akan membantu mengurangi risiko penyakit jantung, stroke dan osteoporosis.
Sedangkan asam folat akan meningkatkan aliran darah ke bagian bawah dan membantu Anda terhindar dari masalah seksual akibata proses penuaan. Sementara itu kandungan lutein dalam bayam akan membantu kita melawan penyakit degenarasi makula yang menjadi penyebab kebutaan pada orang lanjut usia.
2.Yogurt
Berbagai negara dan budaya mengklaim yogurt sebagai bagian dari kreasi negara mereka. Namun, jenis bahan makanan berusia lebih dari 2000 tahun ini punya khasiat yang tak perlu diragukan lagi. Kandungan bakteri baik dalam yogurt terbukti meningkatkan sistem imun dan memberi perlindungan melawan sel kanker. Tapi tidak semua yogurt mengandung probiotik. Karena itu pastikan dalam kemasan tertulis “bakteri hidup dan aktif”.
3. Tomat
Ada dua hal yang perlu Anda ketahui tentang tomat. Pertama, buah warna merah sangat baik karena berarti kaya akan kandungan antioksidan likopen. Kedua, tomat yang sudah dimasak justru lebih baik daripada yang segar karena membuat likopen lebih mudah diserap tubuh.
Penelitian menunjukkan pola makan yang kaya akan likopen akan menjauhkan kita dari gangguan kandung kemih, penyakit paru, prostat, kanker kulit dan perut, serta mengurangi risiko terkena penyakit arteri koroner.
4. Wortel
Kebanyakan buah atau sayur berwarna merah, kuning, dan juga oranye, kaya akan kandungan karotenoid, jenis lemak larut yang berkaitan dengan penurunan risiko kanker, peradangan, asma, serta rematatik artritis. Untuk mendapatkan seluruh manfaat itu, konsumsi saja wortel karena praktis dan memiliki kandungan kalori yang rendah.
5. Oatmeal
Rasanya ini adalah jenis makanan sehat yang banyak direkomendasikan berbagai pakar kesehatan. Oatmeal kaya akan serat yang efektif mengurangi risiko penyakit jantung. Bahan pangan ini juga mengandug karbohidrat namun aman untuk penderita diabetes karena gula yang dihasilkan di lepaskan perlahan. Oatmeal juga mengandung 10 gram protein per setengah cangkir saji sehingga bisa menjadi sumber energi.

Khasiat Kacang Hijau

img
Foto: ist.
Deskripsi:
Jamak diketahui, kacang hijau (Phaseolus aureus) banyak dijadikan makanan olahan karena kandungan proteinnya yang relatif tinggi. Mengkonsumsi kacang hijau secara rutin baik bagi kesehatan. Meskipun kadar lemak rendah bagi yang kolesterolnya tinggi disarankan untuk tidak berlebihan dalam mengkonsumsi segala produk olahan kacang hijau. Alasannya, produk olahan kacang hijau sudah bercampur dengan zat lain.

Kandungan:
- protein
- lemak
- karbohidrat
- fosfor
- vitamin
- kalsium

Khasiat:
Kacang hijau dipercaya mengobati beberapa gejala danpenyakit, antara lain:
- mengobati urat betis yang menonjol pasca melahirkan
- mencegah sembelit

Sumber: disarikan dari berbagai sumber.
http://us.health.detik.com/read/2010/03/12/152439/1317241/769/herbal-kacang-hijau?ld991107763

Getah Pepaya : Obat Keseringan Kentut

img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Kentut memang reaksi alami tubuh, tetapi bila terlalu sering melakukannya tentu bisa memalukan. Getah atau enzim dari buah pepaya dapat membantu mengurangi kentut yang dialami seseorang karena gangguan pencernaan.

Enzim pepaya disebut dengan papain. Papain yang sering digunakan untuk membantu sistem pencernaan secara alami, terbuat dari getak putih atau getah susu yang ditemukan pada buah pepaya muda dan batang pepaya.

Ilmuwan University of Pittsburgh Medical Center menjabarkan getah pepaya yang sudah diekstrak dan dikeringkan menjadi bubuk sering digunakan untuk membantu tubuh mencerna protein dan mengobati gangguan pencernaan termasuk sering kentut.

Papain juga memiliki efek modulasi pada sistem kekebalan tubuh dan antitumor atau bersifat antikanker. Papain bersifat sama seperti enzim yang terdapat pada pankreas manusia dan berfungsi untuk mencerna dan merangsang reaksi sel.

Oleh karena itu, seperti dilansir Livestrong, Kamis (3/2/2011), enzim pepaya dapat sangat membantu bagi orang yang tidak cukup memproduksi enzim pankreas, yang menyebabkan gejala gangguan pencernaan seperti perut kembung dan sering kentut.

Selain itu, papain juga memiliki efek menguntungkan bagi orang yang mengalami sakit kronis, alergi makanan dan penyakit autoimun.

University of Michigan Health System menuliskan orang yang menderita pankreatitis, alergi makanan,penyakit celiac, penyakit Crohn atau penyakit gastroesophageal reflux (GERD), bisa menggunakan papain untuk meringankannya.

Selain makan buah pepaya, papain atau enzim pepaya juga dapat diperoleh dengan mengekstrak getah pepaya dan mengeringkannya menjadi bubuk.

Namun pada beberapa orang tertentu, papain sering menimbulkan efek samping tertentu, seperti menyebabkan iritasi mulut, alergi, peradangan perut, kerongkongan atau usus.

Papain juga dapat berinteraksi negatif terhadap obat-obatan tertentu dan menimbulkan risiko kesehatan yang lebih serius bagi sebagian orang. Oleh karena itu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan papain bila Anda memiliki alergi atau sedang minum obat-obatan tertentu.

Biasanya orang yang tidak menggunakan getah pepaya yang sudah diekstrak akan mengambil getah yang ada di daun pepaya. Caranya dengan merebus dauh pepaya sehingga getahnya bisa ikut keluar dan rebusan airnya diminum ditambah sedikit garam.



http://us.health.detik.com/read/2011/02/03/083744/1559568/766/getah-pepaya-bagus-untuk-orang-yang-sering-kentut?l991101755

Rabu, 02 Februari 2011

Bahaya, tidur dengan lampu menyala

Anak-anak yang tidur dengan lampu menyala beresiko mengidap leukemia. Para ilmuwan menemukan bahwa tubuh perlu suasana gelap dalam menghasilkan zat kimia pelawan kanker. Bahkan ketika menyalakan lampu toilet, begadang, bepergian melintas zona waktu, lampu-lampu jalanan dapat menghentikan produksi zat melatonin.



Tubuh memerlukan zat kimia untuk mencegah kerusakan DNA dan ketiadaan zat melatonin tersebut akan menghentikan asam lemak menjadi tumor dan mencegah pertumbuhannya.


Prof. Russle Reiter dari Texas University yang memimpin penelitian tersebut mengatakan “Sekali Anda tidur dan tidak mematikan lampu selama 1 menit. Otak Anda segera mendeteksi bahwa lampu menyala seharian dan produksi zat melatonin menurun”.

Jumlah anak-anak pengidap leukimia naik menjadi dua kali lipat dalam kurun 40 tahun terakhir. Sekitar 500 anak muda dibawah 15 tahun didiagnosa menderita penyakit ini pertahun dan sekitar 100 orang meninggal.

Sebuah konferensi tentang anak penderita leukimia diadakan di London menyatakan bahwa orang menderita kanker akibat terlalu lama memakai lampu waktu tidur dimalam hari dibanding dengan yang tidak pernah memakai lampu waktu tidur.

Hal ini menekan produksi melatonin dimana normalnya terjadi antara jam 9 malam s/d jam 8 pagi. Penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa orang-orang yang paling mudah terserang adalah para pekerja shift yang memiliki resiko terkena kanker payudara.

Pada kenyataannya, Orang-orang buta tidak rentan terhadap melatonin memiliki resiko yang lebih rendah mengidap kanker. Maka para orang tua disarankan utk menggunakan bola lampu yang suram berwarna merah atau kuning jika anak-anaknya takut pada kegelapan. 

http://ilhamseptian.blogspot.com/201...u-menyala.html

Mengapa Riset Ilmiah Selalu Menggunakan Tikus?

Mengapa Riset Ilmiah Selalu Menggunakan Tikus?


Mengapa tikus sering kali digunakan dalam berbagai percobaan medis?

Ternyata tikus memiliki peran sangat penting dalam percobaan medis. Mulai dari perumusan obat kanker baru hingga pengujian suplemen makanan, tikus berperan penting dalam keajaiban medis baru.

Bahkan, menurut Foundation for Biomedical Research (FBR), 95% hewan laboratorium adalah tikus. Ilmuwan dan peneliti bergantung pada tikus karena beberapa alasan. Salah satunya, pengerat ini kecil, mudah disimpan dan dipelihara serta bisa beradaptasi baik dengan lingkungan baru.

Hewan ini berkembang biak dengan cepat dan berumur pendek (2-3 tahun) sehingga beberapa generasi tikus dapat diamati dalam waktu singkat.

Selain itu, tikus relatif murah dan dapat dibeli dalam jumlah besar dari produsen komersial yang mengembang biakkan pengerat khusus untuk penelitian. Umumnya, tikus patuh dan hewan ini mudah ditangani peneliti, meski ada beberapa jenis sulit ditangani.

Sebagian besar tikus percobaan medis hampir identik secara genetis, kecuali jenis kelamin. Menurut National Human Genome Research Institute, hal ini membantu menyeragamkan hasil percobaan medis. Sebagai syarat minimum, tikus memiliki ras sama.

Alasan lain tikus digunakan sebagai model uji medis adalah genetik mereka, karakteristik biologi dan perilakunya sangat mirip manusia, dan banyak gejala kondisi manusia dapat direplikasi pada tikus.

"Tikus merupakan mamalia yang memiliki banyak proses seperti manusia dan bisa digunakan menjawab pertanyaan banyak penelitian," kata perwakilan National Institutes of Health (NIH) Office of Laboratory Welfare Jenny Haliski.

Selama dua dekade terakhir, kesamaan itu makin kuat. Kini, ilmuwan dapat mengembangkan ‘tikus transgenik’ yang membawa gen mirip penyebab penyakit manusia. Tikus juga membuat penelitian efisien karena anatomi, fisiologi dan genetikanya dipahami dengan baik oleh peneliti.

Beberapa tikus SCID (severe combined immune deficiency) secara alami terlahir tanpa sistem kekebalan tubuh dan dapat menjadi model penelitian jaringan normal dan ganas manusia. Berikut contoh gangguan manusia dimana tikus digunakan sebagai modelnya.

Hipertensi, diabetes, katarak, obesitas, kejang, masalah pernapasan, ketulian, parkinson, alzheimer, kanker, cystic fibrosis, HIV dan AIDS, penyakit jantung, muscular dystrophy, cedera kabel spinal.

Tikus juga digunakan untuk pengujian obat anti-kecanduan yang berpotensi mengakhiri kecanduan narkoba.

"Menggunakan hewan penting untuk pemahaman ilmiah sistem biomedis yang mengarah ke obat, terapi dan penyembuhan yang berguna," kata Haliski.

Bukti Ilmiah terbelahnya bulan dalam Al Quran

Berbagai macam mukjizat telah diberikan Allah SWT kepada kekasihNya Rasullah Muhammad SAW, untuk memberi kebenaran atas Kerasulan yang disandangnya. Salah satu mukjizat dari Rasulullah Muhammad SAW, ialah “Membelah Bulan”. Sebagaimana hadits riwayat Abdullah bin Mas`ud Radhiyallahu’anhu berikut ini, ia berkata :
“Bulan terbelah menjadi dua pada masa Rasulullah SAW lalu Rasulullah SAW bersabda : Saksikanlah oleh kalian.” (Shahih Muslim No. 5010)

Hadist riwayat Anas RA, dia berkata :
“Penduduk Makkah meminta kepada Rasulullah SAW untuk diperlihatkan kepada mereka satu mukjizat (tanda kenabian), maka Rasulullah SAW memperlihatkan kepada mereka mukjizat terbelahnya bulan sebanyak dua kali.” (Shahih Muslim No. 5013)

Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari surat Al-Qamar memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah? Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya sebagai berikut :

“Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Sejak beberapa waktu lalu, saya mempresentasikan di Univ. Cardif, Inggris bagian barat, dan para peserta yang hadir bermacam-macam, ada yang muslim dan ada juga yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur’an.”

Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya : “Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi “Telah dekat hari kiamat dan bulan pun telah terbelah” mengandung mukjizat secara ilmiah?”

Maka professor pun menjawabnya :
“Tidak, sebab kehebatan ilmiah dapat diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya.
Dan tentang terbelahnya bulan, maka itu adalah mukjizat yang terjadi pada Rasul terakhir Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya.

Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab Allah dan hadits-hadits Rasulullah SAW, maka tentulah kami para muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu.

Akan tetapi, hal itu memang benar termaktub di dalam Al-Qur’an dan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Dan memang Allah ta’alaa benar-benar Maha berkuasa atas segala sesuatu”.

Dan setelah selesai Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, berdirilah seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya berkata : “Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai tuan, bolehkah aku menambahkan?”

Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab : “Dipersilahkan dengan senang hati.”

Daud Musa Pitkhok berkata :
“Aku pernah meneliti agama-agama (sebelum menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah terjemahan makna-makna Al-Qur’an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih kepadanya, dan aku pun membawa terjemahan itu pulang ke rumah. Dan ketika aku membuka-buka terjemahan Al-Qur’an itu di rumah, maka surat yang pertama aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya :

“Telah dekat datangnya saat itu dan Telah terbelah bulan [1434]. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus menerus”. Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya[1435].” (QS. Al-Qamar : 1-3)

[1434] Yang dimaksud dengan saat di sini ialah terjadinya hari kiamat atau saat kehancuran kaum musyrikin, dan “terbelahnya bulan”, ialah suatu mukjizat nabi Muhammad SAW.

[1435] Maksudnya, bahwa segala urusan itu pasti berjalan sampai waktu yang Telah ditetapkan terjadinya, seperti: urusan Rasulullah dalam meninggikan kalimat Allah pasti sampai pada akhirnya yaitu kemenangan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. sedang urusan orang yang mendustakannya pasti sampai pula pada akhirnya, yaitu kekalahan di dunia dan siksaan di akhirat.

Maka aku pun bergumam : “Apakah kalimat ini masuk akal?? Apakah mungkin bulan bisa terbelah kemudian bersatu kembali?? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa melakukan hal itu???”

Maka, aku pun menghentikan dari membaca ayat-ayat selanjutnya, dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi Allah-lah Yang Maha Tahu tentang tingkat keikhlasan hamba-Nya dalam pencarian kebenaran.

Maka aku pun suatu hari duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi hangat antara presenter seorang Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa Amerika Serikat. Ketiga pakar antariksa tersebut pun menceritakan tentang dana yang begitu besar dalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa.

Daripada itu, diantara diskusi hangat tersebut adalah tentang turunnya astronot menjejakkan kakiknya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar.

Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget dan berkata : “Kebodohan macam apalagi ini, dana begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa mendarat di bulan?”

Mereka pun menjawab : “Tidak! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun.”

Maka presenter itu pun bertanya : “Hakikat apa yang kalian telah capai sehingga demikian mahal taruhannya?”

Mereka menjawab : “Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali!”

Presenter pun bertanya : “Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?”

Mereka menjawab : “Kami mendapati secara pasti dari batuan-batuan yang terpisah dan terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Maka, kami pun meminta para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, “Hal ini tidak mungkin telah terjadi, kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu bersatu kembali”.

Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan :
“Maka aku pun turun dari kursi dan berkata, “Mukjizat (kehebatan) benar-benar telah terjadi pada diri Muhammad sallallahu alaihi wassallam 1400-an tahun yang lalu. Allah benar-benar telah mengolok-olok AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, 100 juta dollar lebih, hanya untuk menetapkan akan kebenaran muslimin! Subhanallah.”

Sumber : http://situslakalaka.blogspot.com/20...osulullah.html

Selasa, 01 Februari 2011

Madeline Leininger

TEORI KEPERAWATAN  MADELEINE LEININGER
”CULTURE CARE : DIVERSITY AND UNIVERSALITY THEORY”

A.  SEJARAH TEORI ‘CULTUR CARE’
Dr. Madeline Leininger, seorang perawat yang ahli antropologi, mempunyai andil besar dalam meningkatkan riset dalam perawatan trans-kultural dan dalam merangsang program-program studi yang erat kaitannya. Ia adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang pemimpin dalam mengembangkan  keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia. Leininger juga adalah seorang perawat professional pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi social dan budaya.

Madeline Leininger lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir keperawatannya setelah tamat dari program diploma di “St. Anthony’s School of Nursing” di Denver. Pada tahun 1950 ia meraih gelar sarjana dalam ilmu biologi dari “Benedictine College, Atchison Kansas” dengan peminatan pada studi filosofi dan humanistik. Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut ia bekerja sebagai instruktur, staf perawatan dan kepela perawatan pada unit medikal bedah sererta membuka sebuah unit perawatan psikiatri yang baru dimana ia menjadi seorang direktur pelayanan keperawatan pada St. Joseph’s Hospital di Omaha. Selama waktu ini ia melanjutkan pendidikan keperawatannya di ”Creigthton University ” di Omaha. Tahun 1954 Leininger meraih gelar M.S.N. dalam keperawatan psikiatrik dari ” Chatolic University of America” di Washington, D. C.  Ia kemudian bekerja pada  ”College of Health” di Univercity of Cincinnati, dimana ia menjadi lulusan pertama (M. S. N ) pada program spesialis keperawatan psikiatrik anak . Ia juga memimpin suatu program pendidikan keperawatan psikiatri di universitas tersebut dan juga  sebagai pimpinan dalam pusat terapi perawatan psikiatri di rumah sakit milik universitas tersebut.
Leininger bersama C. Hofling pada tahun 1960 menulis sebuah buku yang diberi judul ” Basic Psiciatric Nursing Consept  yang dipublikasikan ke dalam sebelas bahasa dan digunakan secara luas di seluruh dunia. Selama bekerja pada unit perawatan anak di Cincinnati, Leininger menemukan bahwa banyak staff yang kurang memahami mengenai faktor-faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak-anak. Dimana diantara anak-anak ini memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Ia mengobservasi perbedaan- perbedaan yang terdapat dalam asuhan dan penanganan psikiatri pada anak-anak tersebut. Terapi psikoanalisa dan terapi strategi lainnya sepertinya tidak menyentuh anak-anak yang memiliki perbedaan latar belakang  budaya dan kebutuhan. Leininger melihat bahwa para perawat lain juga tidak menampilkan suatu asuhan yang benar-benar adequat dalam menolong anak tersebut, dan ia dihadapkan pada berbagai pertanyaan mengenai perbedaan budaya diantara anak-anak tersebut dan hasil terapi yang didapatkan. Ia juga menemukan hanya sedikit staff  yang memiliki perhatian dan pengetahuan mengenai faktor-faktor budaya dalam mendiagnosa dan manangani klien.

Suatu ketika, Prof. Margaret Mead berkunjung pada departemen psikiatri University of Cincinnati dan Leiniger berdiskusi dengan  Mead mengenai adanya kemungkinan hubungan antara keperawatan dan antropologi. Meskipun ia tidak mendapatkan bantuan langsung, dorongan, solusi dari Mead , Leininger memutuskan untuk melanjutkan studinya ke program doktor (Ph.D) yang berfokus pada kebudayaan, sosial, dan antropologi psikologi pada Universitas Washington. Sebagai seorang mahasiswa program doktor, Leininger mempelajari berbagai macam kebudayaan dan menemukan bahwa pelajaran antroplogi itu sangat menarik dan merupakan area yang perlu diminati oleh seluruh perawat. Kemudia ia menfokuskan diri pada masyarakat Gadsup di Eastern Highland of New Guinea, dimana ia tinggal bersama masyarakat tersebut selama hampir dua tahun. Dia dapat mengobservasi bukan hanya gambaran unik dari kebudayaan melainkan perbedaan antara kebudayaan masyarakat barat dan non barat terkait dengan praktek dan asuhan keperawatan untuk mempertahankan kesehatan.

Dari studinya yang dalam dan pengalaman pertama dengan masyarakat Gadsup, ia terus mengembangkan teori perawatan kulturalnya dan metode ethno nursing. Teori dan penelitiannya telah membantu mahasiswa keperawatan untuk memahami perbedaan budaya dalam perawatan, manusia, kesehatan dan penyakit. Dia telah menjadi pemimpin utama perawat yang mendorong banyak mahasiswa dan fakultas untuk melanjutkan studi  dalam bidang anthropologi dan menghubungkan pengetahuan ini kedalam praktik dan pendidikan keperawatan transkultural. Antusiasme dan perhatiannya yang mendalam terhadap pengembangan bidang perawatan transkultural dengan fokus perawatan pada manusia telah menyokong dirinya selama 4 dekade.

Tahun 1950-an sampai 1960-an, Leininger mengidentifikasi beberapa area umum dari pengetahuan dan penelitian antara perawatan dan anthropologi:  formulasi konsep keperawatan transkultural, praktek dan prinsip teori. Bukunya yang berjudul Nursing and anthropology : Two Words to Blend ; yang merupakan buku pertama dalam keperawatan transkultural, menjadi dasar untuk pengembangan bidang keperawatan transkultural, dan kebudayaan yang mendasari perawatan kesehatan. Buku yang berikutnya, ”Transcultural Nursing : Concepts, theories, research, and practise (1978 )” , mengidentifikasi konsep mayor, ide-ide teoritis, praktek dalam keperawatan transkultural, bukti ini merupakan publikasi definitif pertama dalam praktek perawatan treanskultural. Dalam tulisannya, dia menunjukkan bahwa perawatan treanskultural dan anthropologi bersifat saling melengkapi satu sama lain, menkipun berbeda. Teori dan kerangka konsepnya mengenai  Cultural care diversity and universality dijelaskan dalam buku ini.

Sebagai perawat profesional pertama yang melanjutkan pendidikan ke jenjang doktor dalam bidang antropologi dan untuk memprakarsai beberapa program pendidikan magister dan doktor, Leininger memiliki banyak bidang keahlian dan perhatian. Ia telah memepelajari 14 kebudayaan mayor secara lebih mendalam dan telah memiliki pengalaman dengan berbagai kebudayaan. Disamping perawatan transkultural dengan asuhan keperawatan sebagai fokus utama , bidang lain yang menjadi perhatiannya adalah administrasi dan pendidikan komparatif, teori-teori keperawatan, politik, dilema etik keperawatan dan perawatan kesehatan, metoda riset kualitatif, masa depan keperawatan dan keperawatan kesehatan, serta kepemimpinan keperawatan. Theory of Culture Care saat ini digunakan secara luas dan tumbuh secara relevan serta penting untuk memperoleh data kebudayaan yang mendasar dari kebudayaan yang berbeda.

B. PENGERTIAN
“Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budayakepada manusia” (Leininger, 2002).

C. ASUMSI DASAR
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi
dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakankeperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal.

Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

D. KONSEP DAN DEFINISI DALAM TEORI LEININGER
  1. Budaya (Kultur) adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
  2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
  3. Cultur care diversity (Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan) merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
  4. Cultural care universality (Kesatuan perawatan kultural) mengacu kepada suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang paling dominan, pola-pola, nilai-nilai, gaya hidup atau simbol-simbol yang dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara yang  memungkinkan untuk menolong orang lain (Terminlogy  universality) tidak digunakan pada suatu cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang signifikan.

  1. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
  2. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
  3. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
    mendiskreditkan asal muasal manusia.
  4. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
  5. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
  6. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
    mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
  7. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
  8. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.



E. PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai
cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle, 1995).

1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai
dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang
sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling
berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

a. Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan
sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga
klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya,
misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

b. Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang
berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani lain.

c. Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana
hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.

F. PROSES KEPERAWATAN ‘TRANSCULTURAL NURSING’
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (sunrise model) seperti yang terlihat pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. The Sunrise Model ( Model matahari terbit)
Sunrise Model dari teori Leininger dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Matahari terbit sebagai lambang/ symbol perawatan. Suatu kekuatan untuk memulai pada puncak dari model ini dengan pandangan dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk mempertimbangkan arah yang membuka pikiran yang mana ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi dasar untuk menyelidiki berfokus pada keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan secara umum. Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau garis hubungan. Garis putus-putus pada model ini mengindikasikan sistem terbuka. Model ini menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak terpisahkan/ tidak dapat dipisahkan dari budaya mereka.

Suatu hal yang perlu diketahui  bahwa masalah dan intervensi keperawatan tidak tampak pada teori dan model ini. Tujuan yang hendak dikemukakan oleh Leininger adalah agar  seluruh terminologi tersebut dapat  diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya. Intervensi keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien  atau nilai-nilai  yang akan dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah keperawatan tidak selalu sesuai dengan apa yang menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat yang produktif untuk memberikan panduan  dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan kebudayan serta  penelitian ilmiah.


 2. Proses Keperawatan

  1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :

1). Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.

2). Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.

3). Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.

4). Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.


5). Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.

6). Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.

7). Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

     b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

    c. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah
suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

    a. Cultural care preservation/maintenance
   1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses
       melahirkan dan perawatan bayi.
   2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
   3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

  1. Cultural care accomodation/negotiation
1)    Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien.
2)    Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3)    Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik

     c. Cultual care repartening/reconstruction
    1)  Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan  
          dan melaksanakannya.
     2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
         kelompok
     3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4)    Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5)    Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya
masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.




Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

Globalisasi menyebabkan masyarakat hidup dalam suasana multikultural yang disebabkan karena migrasi antar daerah dan negara menjadi lebih mudah. Keperawatan transkultural menjadi komponen utama dalam kesehatan dan menjadi konstituen penting dari perawatan, yang mengharapkan para perawat kompeten secara budaya dalam praktek sehari-hari. Perawat yang kompeten dalam budaya memiliki pengetahuan tentang budaya lain dan terampil dalam mengidentifikasi pola-pola budaya tertentu sehingga dirumuskan rencana perawatan yang akan membantu memenuhi tujuan yang telah ditetapkan untuk kesehatan pasien (Gustafson, 2005).

Selain itu, praktik keperawatan memberikan perawatan yang holistik. Pendekatan holistik ini meliputi perawatan fisik, psikologi , emosional, dan kebutuhan rohani pasien. Penting untuk menekankan bahwa perawat harus mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan tersebut agar dapat memberikan perawatan individual, yang telah ditetapkan sebagai hak pasien dan merupakan ciri praktek keperawatan profesional (Locsin, 2001). Dalam rangka untuk memberikan perawatan holistik, perawat juga harus harus mempertimbangkan perbedaan budaya dalam membuat rencana keperawatan.

Dengan demikian, perawat harus mempunyai kompetensi budaya dalam praktek sehari-hari mereka agar pasien merasa dikenal dan diperhatikan sebagai individu dalam suatu sistem kesehatan yang sangat kompleks dan beragam secara budaya. Pekerja sosial menggambarkan kompetensi budaya sebagai suatu proses terus-menerus berusaha untuk menyadari, menghargai keragaman, dan meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh budaya (Bonecutter & Gleeson, 1997). Dan perawat telah mengadopsi konsep ini. Perawat menggambarkan kompetensi budaya adalah kemampuan untuk memahami perbedaan budaya dalam rangka untuk memberikan layanan berkualitas kepada pasien dengan berbagai keanekaragaman budaya (Leininger, 2002).  Perawat yang mempunyai kompetensi budaya mempunyai kepekaan  terhadap isu-isu yang berkaitan dengan budaya, ras, etnis, gender, dan orientasi seksual.

Dengan memiliki pengetahuan tentang perspektif budaya pasien memungkinkan perawat untuk memberikan perawatan yang tepat dan efektif. Sebagai contoh, pada kasus pasien yang menolak untuk diberikan tranfusi darah dengan alasan agama, perawat yang mempunyai kompetensi budaya akan memahami dan mengatasi masalah pasien tersebut dengan masalah keanekaragaman budaya.

Perawat mungkin menghadapi pasien dari berbagai budaya dalam praktek sehari-hari dan tidak mungkin perawat dapat memahami seluruh keanekaragaman budaya. Namun, perawat dapat memperoleh pengetahuan dan skill dalam komunikasi transkultural untuk membantu memfasilitasi perawatan individual yang didasarkan pada praktek-praktek budaya. Perawat yang terampil dalam komunikasi transkultural akan lebih siap untuk memberikan perawatan yang kompeten secara budaya untuk pasien mereka.

Baru-baru ini penelitian kualitatif menunjukkan bahwa masalah komunikasi adalah alasan utama perawat tidak dapat memberikan perawatan yang kompeten dalam budaya (Boi, 2000, Cioffi, 2003). Perawat menyampaikan bahwa mereka tidak nyaman  dengan pasien dari budaya lain selain mereka sendiri karena hambatan bahasa. Lebih penting lagi, para perawat menjelaskan bahwa mereka tidak dapat memahami isyarat-isyarat lain yang digunakan oleh para pasien untuk berkomunikasi. Perawat menyampaikan memerlukan pendidikan dan pelatihan untuk memahami arti isyarat-isyarat komunikasi nonverbal tertentu yang digunakan oleh kebudayaan yang berbeda, misalnya kontak mata, sentuhan, diam, ruang dan jarak serta keyakinan terhadap kesehatan.

Kontak mata adalah alat komunikasi yang penting, juga merupakan variabel yang paling berbeda diantara banyak budaya (Canadian Nurses Association, 2000). Perawat Amerika diajarkan untuk mempertahankan kontak mata ketika berbicara dengan pasien mereka. Berbeda dengan orang-orang Arab, yang menganggap kontak mata langsung tidak sopan dan agresif. Demikian pula, penduduk asli Amerika Utara juga menganggap kontak mata langsung hal yang tidak benar dalam budaya mereka, menatap lantai selama percakapan menunjukkan bahwa mereka mendengarkan dengan hati-hati dengan pembicara. Hispanik menggunakan kontak mata hanya bila dianggap tepat. Hal ini didasarkan pada usia, jenis kelamin, kedudukan sosial, status ekonomi, dan posisi kekuasaan. Misalnya, tetua Hispanik berbicara dengan anak-anak menggunakan kontak mata, tapi dianggap tidak pantas bagi anak-anak Hispanik  untuk melihat secara langsung pada tetua mereka ketika berbicara. Dalam lingkungan perawatan kesehatan, pasien Hispanik berharap bahwa perawat dan penyedia layanan kesehatan lainnya langsung memberikan kontak mata saat berinteraksi dengan mereka, tetapi tidak diharapkan bahwa pasien Hispanik membalas dengan kontak mata langsung ketika menerima perawatan medis dan keperawatan. Ini hanya beberapa contoh untuk menunjukkan bahwa orang-orang dari berbagai budaya kontak mata memandang berbeda. Sangat penting bahwa perawat harus sadar bahwa beberapa makna yang dapat disertakan pada kontak mata langsung agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan pasien.

Namun demikian berikut adalah kelebihan dan kekurangan Teori Transkultural dari Leininger :
A.   Kelebihan :
1.    Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan  pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.
2.    Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
3.    Penggunakan teori ini  dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4.    Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5.    Teori ini banyak  digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek keperawatan .

B.   Kelemahan :
1.    Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga  tidak bisa berdiri sendiri  dan  hanya  digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model lainnya.
2.    Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.

Akhirnya, menurut Leininger, tujuan studi praktek pelayanan kesehatan transkultural adalah meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya. Dengan mengidentifikasi praktek kesehatan dalam berbagai budaya (kultur) baik dimasa lalu maupun zaman sekarang, akan terkumpul persamaan-persamaan, sehingga kombinasi pengetahuan tentang pola praktek transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dari berbagai kultur.