PEMAPARAN TINJAUAN TEORI
A. GRAND TEORI
Suatu grand theory terdiri dari suatu kerangka konseptual global yang menggambarkan perspektif luas untuk praktik dan termasuk cara yang berbeda mengamati fenomena keperawatan berdasar pada perspektif-perspektif tersebut (Tomey & Alligood, 2006).
Konsepsual model dan grand theory mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) cakupannya luas dan kompleks; (2) para ahli mengatakan grand theory merupakan rumusan teoritis mereka pada tingkat abstraksi yang sangat umum; (3) Sering dijumpai kesulitan dalam mengaitkan rumusan tersebut dengan realita; (4) Membedakan disiplin ilmu keperawatan dengan ilmu medis, dapat membantu perawat dalam menemukan dan mencapai tujuan keperawatan
B. PROFIL DARI MIRA LESTIN LEVINE.
Mira Lestin Levine lahir di Chicago pada tahun 1920. Latar belakang pendidikannya adalah tamat Diploma Keperawatan tahun 1944, SB di Chicago University tahun 1949, kemudian tahun 19 menyandang Master Ilmu Keperawatan dari Wayne State University,menjadi Professor dalam Keperawatan medical Bedah tahun 1987.
Dalam karirnya sebagai perawat, Levine menjalani pekerjaan bervariasi antara lain perawat pribadi (1944), perawat di ketetaraan Amerika Serikat (1945), Instruktur praklinik dp physical sciences Cook Country (1947-1950),Direktur Keperawatan di Drexel Home Chicago (1950 – 1951, surgical supervaisor pada 2 rumah sakit yaitu klinik Universitas Chicago (1951-1952) dan Rumah Sakit Hendry Ford Detroit (1956 - 1962). PadaLevine juga mendapat banyak tanda jasa meliputi Charter Fellow of American Academy of Nursing, gelar kehormatan menjadi anggota bantuan kesehatan mental Amerika untuk Israil (1976), penghargaan Elizabeth Russell Belford (1977), American Journal of Nursing Book of the year.Levine pension pada tahun 1987, kemudian aktif mengembangkan teori dan melakukan penelitian berhubungan dengan teorinya.
C. SUMBER TEORI LEVINE
Dalam mengembangkan teorinya Levine menggunakan dasar pemikiran yaitu perjalanan penyakit dan pandangan individu terhadap perubahan penyakit. teori-teori yang dipakai sebagai sumber teori Levine adalah teori Beland(1971); theory of specific causation and multiple factors, Gibson’s (1966); definition of perceptual system, Erikson’s (1964); different between total and whole, Selye’s (1956); stress theory, Bate’s (1967); model of external environment, Rogess (1970), dan Nigtinggale. Disamping itu Levine dalam mengembangkan teorinya dipengaruhi oleh teori Goldstein (1963), Hall (1966), Sherrington (1960), dan Dubos (1961,1965).
C. GAMBARAN UMUM TEORI LEVINE
Teori Myra Estin Levine dikenal dangan Konservasi Model. Model Konservasi Levine difokuskan dalam mempromosikan keseluruhan adaptasi dan pemeliharaan dengan menggunakan prinsip-prinsip konservasi. Model ini memandu perawat untuk berfokus pada pengaruh-pengaruh dan respon-respon di tingkatan yang organismik. Perawat memenuhi sasaran dari model melalui konservasi energi, struktur, dan integritas sosial dan pribadi (Levine, 1967 dalam Tomey & Alligood, 2006). Walaupun konservasi adalah fundamental terhadap hasil-hasil yang diharapkan ketika model itu digunakan. Model Levine didasari 3 konsep utama, yaitu adaptasi (adaptation,), wholeness, dan konservasi (conservation) (Levine dalam Parker, 2001).
1. Adaptasi
Adaptasi adalah proses berubah, dan konservasi adalah hasil adaptasi. Adaptasi adalah proses dimana klien memelihara integritas di dalam lingkungan yang nyata baik internal maupun eksternal (Levine, 1966, 1989 dalam Tomey & Alligood, 2006)). Adaptasi adalah konsekuensi dari interaksi antara orang dengan lingkungan. Keberhasilan dalam menghadapi lingkungan tergantung dari adekuatnya adaptasi (Levine, 1990). Tujuan utama dalam proses adaptasi adalah tercapainya suatu keutuhan dalam diri individu ( wholeness ), keutuhan ini merupakan hasil respon individu terhadap pola hubungan antar individu yang saling menguntungkan secara menyeluruh, alami dan berlangsung secara terus menerus.
Levine (1991) dalam Parker (2001) dan Tomey & Alligood (2006) mengemukakan 3 (tiga) karakteristik dari adaptasi yaitu :
1. Historicity
Adaptasi merupakan proses historis, dimana respon didasarkan pada pengalaman masa lalu baik itu dari segi personal maupun genetik.
2. Specifity
Adaptasi juga bersifat spesifik, artinya bahwa pada perilaku individu memiliki pola stimulus respon yang spesifik dan unik dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
3. Redundancy
Adaptasi bersifat redundancy yang berarti pilihan akan selamat atau gagal oleh individu untuk memastikan terjadinya adaptasi yang berkelanjutan. Jika suatu sistem tubuh tidak mampu beradaptasi, maka sistem yang lain akan mengambil alih dan melengkapi tugasnya. Redundancy dipengaruhi oleh trauma, usia, penyakit atau kondisi lingkungan yang membuat individu tersebut sulit untuk mempertahankan hidup
Lingkungan
Dalam menjalani proses adaptasi individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan baik internal maupun eksternal. Lingkungan internal meliputi fisiolosis dan pathofisiologis. Lingkungan internal juga merupakan integrasi dari fungsi tubuh yang menyerupai hemoresis dibanding hemostasis. Homeorrhesis didefinisikan sebagai suatu alirang yang terstabilisasi dibanding kondisi yang statis. Homeorrhesis mendiskripsikan pola adaptasi yang meberikan tubuh individu untuk mempertahankan keadaan kesejahteraan dengan perubahan yang cepat yang berasal dari lingkungan. Pembagian energy Homeostasis adalah suatu kondisi dari pembagian energi yang juga memberikan dasar yang perlu untuk singkronisasi factor fisiologis dan psikologis yang banyak.
Levine menggunakan definisi Bates (1967) dalam Tomey & Alligood (2006) dalam mendefinisikan lingkungan eksternal yang terdiri dari tiga level, yaitu :
1. Perseptual
Lingkungan perceptual adalah bagian dari lingkungan eksternal dimana individu berespon terhadap sumber sensori seperti cahaya, suara, sentuhan, suhu, perubahan kimia yang dibau atau yang dirasa.
2. Operasional
Lingkungan operasional elemen-elemen yang mungkin secara fisik mempengaruhi individu tetapi tidak dirasakan individu merupakan bagian dari lingkungan eksternal yang berinteraksi dengan jaringan kehidupan seperti radiasi, mikroorganisme, polutan .
3. Konseptual
Lingkungan konseptual merupakan lingkungan eksternal yang terdiri dari bahasa, ide,symbol, spiritual, keyakinan, dan tradisi, budaya dan etnis, pola psikologis individu yang diperoleh dari pengalaman hidup.
Kemampuan individu untuk beradaptasi dengan lingkungan disebut sebagai respon Organismik. Respon tersebut terdiri dari 4 tingkatan, yaitu : (Levine dalam Tomey & Alligood, 2006 dan Parker, 2001):
1. Fight or Flight
Merupakan respon yang paling primitif dimana ancaman diterima individu baik nyata maupun tidak, merupakan respon terhadap ketakutan melalui menyerang atau menghindar dan merupakan reaksi yang tiba-tiba. Respon yang disampaikan adalah kewaspadaan mencari informasi untuk rasa aman dan sejahtera.
2. Respon terhadap peradangan
Merupakan mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari lingkungan yang merusak, merupakan cara untuk menyembuhkan diri. Respon individu adalah menggunakan energi sistemik yang ada dalam dirinya untuk membuang iritan yang merugikan.
3. Respon terhadap stres
Merupakan respon defensif dalam bentuk perubahan yang tidak spesifik pada manusia, perubahan struktural dan kehilangan energi untuk beradaptasi secara bertahap terjadi sampai rasa lelah terjadi atau sampai dengan klien atau individu berespon terhadap pelayanan keperawatan.
4. Kewaspadaan perseptual
Informasi dan pengalaman hidup hanya bermanfaat ketika diterima secara utuh oleh individu, semua pertukaran energi terjadi dari individu ke lingkungan dan sebaliknya. Hasilnya adalah aktivitas fisiologi atau tingkah laku. Respon ini sangat tergantung kepada kewaspadaan perceptual individu, hanya terjadi saat individu menghadapi lingkungan baru di sekitarnya dengan cara mencari dan mengumpulkan informasi dimana hal ini bertujuan untuk mempertahankan keamanan dirinya.
Beberapa proses adaptasi dapat berhasil, beberapa yang lain bisa tidak dapat berhasil atau gagal. Penekanan pada proses adaptasi ini adalah mengenai tingkatan bukan pada proses berhasil atau gagal, jadi tidak mengenal proses maladaptasi.
2. Wholeness
Konsep Wholeness dari Levine didasari dari teori Erikson; different between total and whole (1984,1986) yang menyatakan :
“wholeness emphasizes a sound, organic, progressive, mutuality between diversified fungtion and parts within an intirety, the boundaries of which open and fluen” (P.98)
Dari definisi yang dikemukakan oleh Erikson diatas, Levine menganggap bahwa Wholeness merupakan system terbuka dan menggabungkan bagian-bagian untuk sebuah keutuhan untuk menghadapi perubahan lingkungan. Wholeness didasarkan pada uraian keseluruhan sebagai satu sistem terbuka yang berarti wholeness menekankan suatu bunyi, organik, dan progresif yang sama antara fungsi-fungsi yang beraneka ragam dan bagian secara keseluruhan, serta batasan-batasan yang bersifat terbuka (Levine dalam Parker,2001).
4. Konservasi
Konservasi berarti cara yang kompleks untuk melakukan fungsinya pada saat tantangan berat menghalanginya. Konservasi juga menjelaskan suatu sistem yang kompleks yang mampu melanjutkan fungsi ketika terjadi tantangan yang buruk. Dalam hal ini bahwa individu mampu untuk berkonfrontasi dan beradaptasi demi mempertahankan keunikan mereka. Melalui konservasi ini individu mampu menghadapi tantangan, melakukan adaptasi dan tetap mempertahankan keunikan pribadi. Perhatian utama pada konservasi adalah menjaga keutuhan individu (Levine dalam Parker, 2001 dan Tomey & Alligood, 2006).
Model Konservasi “Levine” berfokus pada individu sebagai makhluk yang holistik, dan bidang utama dari perhatian perawat dalam pemeliharaan individu secara keseluruhan. Polit & Henderson (1995) mendefinisikan ilmu keperawatan sebagai dukungan dan intervensi terapeutik berdasar pada ilmu pengetahuan atau terapeutik (Ruddy, 2007). Model Levine menekankan pada proses interaksi dan intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk peningkatan kemampuan beradaptasi dan mempertahankan keutuhan tersebut. Tindakan keperawatan berdasar pada empat prinsip, yaitu (Levine dalam Ruddy, 2007):
1. Konservasi energi
Merupakan keseimbangan dan perbaikan energi yang dibutuhkan individu untuk melakukan aktivitas. Hal tersebut juga termasuk keseimbangan energi input dan output untuk menghindari kelemahan yang berlebihan. Contohnya adalah proses penyembuhan dan proses penuaan. Intervensi keperawatan dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pemenuhan kebutuhan. Contoh lain adalah istirahat yang adekuat, mempertahankan nutrisi yang adekuat dan aktivitas.
2. Konservasi Integritas struktural
Penyembuhan adalah proses perbaikan integritas struktur dan fungsi dalam mempertahankan keutuhan diri. Contohnya bila menghadapi individu pasca amputasi, perawat harus membantu individu tersebut untuk menuju tingkat adaptasi baru. Contoh tindkan lain adalah membantu klien dalam latihan ROM, mempertahankan personal hygiene klien.
3. Konservasi Integritas personal
Menyadari pentingnya harga diri dan identitas diri klien serta penghormatan terhadap privasi. Dalam hal ini, perawat dalam melakukan intervensi keperawatan harus menghargai keberadaannya seperti menghargai nilai dan norma yang dianut serta keinginannya, menyapa dengan sopan, meminta izin sebelum melakukan tindakan dan melakukan tahapan terminasi setelah melakukan tindakan dan sebelum meninggalkan klien. Selain itu, perawat juga memahami, menghargai dan melindungi kebutuhan akan jarak (space).
4. Konservasi Integritas sosial
Keterlibatan anggota keluarga dalam pemenuhan kebutuhan keagamaan atau spiritual dan penggunaan hubungan interpersonal. Individu mendapatkan makna kehidupan melalui komunitas sosial. Perawat membantu menghadirkan anggota keluarga dan menggunakan hubungan interpersonal untuk menjaga integritas sosial.
D. 4 KONSEP UTAMA KEPERAWATAN MENURUT LIVINE
E. IMPLIKASI PRAKTEK KEPERAWATAN TEORI LEVINE
Praktik keperawatan diarahkan pada peningkatan wholness untuk semua individu baik yang sehat maupun yang sakit. Pasien atau klien merupakan partner atau participant dalam asuhan keperawatan. Tujuan keperawatan untuk mengahiri ketergantungan secepat mungkin. Metodelogi praktek menurut Levine adalah proses keperawatan yang diarahkan menuju konservatif yang terdiri dari 3 langkah yaitu (Levine dalam Schaefer,2006):
1. Trophicognosis
Levine merekomendasikan Trophicognosis sebagai suatu alternative diagnose keperawatan. Trophicognosis merupakan formula dalam asuhan keperawatan yang dicapai melalui metode ilmu pengetahuan. Perawat mengobservasi dan mengumpulkan data yang akan mempengaruhi praktek keperawatan.
Perawat mengkaji konservasi energi pasien dengan menentuan kemampuan pasien untuk menunjukan kebutuhan aktivitas tampa menghasilkan kelemahan yang berlebihan.
Perawat meserta pengalaman hidup pasien mengkaji konservasi integritas structural dengan menentukan fungsi fisiknya.
Perawat mengkaji integritas personal pasien dengan menentukan nilai moral dan etis serta pengalaman hidup pasien. Perawat mengkaji konservasi integritas pasien dengan berbicara dengan anggota keluarga pasien, teman dan lingkungan konseptual.
2. Intervensi/tindakan.
Perawat mengimplementasikan rencana askep disesuaikan dengan struktur kebijakan yang administrative, ketersediaan alat, dan pengembangan standar keperawatan
Tipe intervensi keperawatan meliputi :
a. Terapeutik
b. Supportif
c. Intervensi yang dibangun dari 4 (empat) prinsip konservasi yang terdiri konservasi energi, konservasi integritas struktural, konservasi integritas personal dan konservasi integritas sosial.
3. Evaluasi
Perawat mengevaluasi pengaruh dari tindakan yang sudah dilakukan serta merevisi tropikognosi jika dibutuhan. Indikator keberhasilan intervensi ditentukan dengan respon organismik pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar